Pasang Iklan Murah

23 July 2013

Home » » Kisah Penjaga Perlintasan Kereta yang Tak Pernah Lebaran Bareng Keluarga

Kisah Penjaga Perlintasan Kereta yang Tak Pernah Lebaran Bareng Keluarga

Kisah Penjaga Perlintasan Kereta yang Tak Pernah Lebaran Bareng Keluarga
Kisah Penjaga Perlintasan Kereta yang Tak Pernah Lebaran Bareng Keluarga: Ketika ribuan orang berbondong-bondong mudik menikmati lebaran di kampung bersama keluarga. Hal berbeda dirasakan penjaga perlintasan kereta api. Mereka bertugas menjaga perlintasan masing-masing.

Turasman (54) penjaga pintu rel kereta api Cipinang Lontar, Jakarta Timur hanya bisa mengigit jari. Sebagai penjaga pintu kereta api dirinya telah berkerja sejak tahun 1980.

"Kurang lebih sudah 33 tahun belum pernah bisa pulang kampung, sekalinya pulang itu sekali itu pun tahun 1988," ujar Turasman saat berbincang-bincang di pos penjagaanya, Minggu (21/7/2013).

Kakek dari tiga orang cucu tersebut memiliki Kampung di Kebumen, Jawa Tengah. Dia harus mengabadikan dirinya melayani masyarakat meski di hari raya Idul Fitri.

"Keterbatasan waktu dan izin, mau nggak mau kita nggak bisa pulang kampung karena jaga perlintasan kereta," tuturnya.

Turasman mengatakan jelang H-7 intensitas kereta yang berangkat ke Jawa akan semakin tinggi. Dalam sehari bisa 200 kereta melintas.

"Kalau sudah mau dekat-dekat bisa tiap 2 menit sekali kereta lewat," imbuhnya.

Meski begitu tak sepatah kata keluhan yang keluar dari mulutnya. Menurutnya sebagai penjaga kereta ia memiliki tanggung jawab penuh.

"Kalau macet kendaraan padat kita benar-benar repot, apalagi kalau kendaraan susah diatur. Kita mah berharap selama jaga pintu tidak ada kejadian apa-apa," imbuhnya.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Suwono (35) pria asa Purworejo merupakan penjaga perlintasan kereta api Pisangan Baru. Sudah hampir 15 tahun tidak merasakan kehangatan ritual Idul Fitri di kampung.

"Kita mah sudah biasa, paling kalau lebaran cuma istri sama anak saja yang pulang," tuturnya.

Bersyukur ketiga orang putranya masih dapat mengerti pekerjaan orang tuanya. Suwono menceritakan pengalaman idul fitri tahun lalu. Ketika itu ia hanya bisa menikmati malam takbiran di pos mungil berukuran 3x4 meter.

"Malam takbiran juga kita harus stanby. Alhamdulillah anak pada ngerti semua kerjaan bapaknya, paling kalau anak-anak mau pulang kampung kita cari hari libur lain," kata Suswono sambil tersenyum.

sumber : detik.com

Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 komentar

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 

Posts RSSComments RSSDMCA PROTECTEDBack to top
Portal Berita Terhangat - Premium Blogger Template © 2014 ∙ All Right Reserved ∙
Designed by Muhammad Sapoandie